KALIMAT EFEKTIF

Jumat, 19 Oktober 2012


A.    Tujuan Perkuliahan
1.      Mahasiswa dapat memahami pengertian kalimat efektif
2.      Mahasiswa dapat menggunakan kalimat efektif
3.      Mahasiswa dapat menulis kalimat efektif dalam tulisan

B.     Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat memberikan kemudahan atau kejelasan informasi kepada pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, kalimat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut mampu secara tepat mewakili gagasan atau perasaan penyampai informasi dan sanggup memberikan gambaran yang sama tepatnya kepada pembaca atau pendengar.
Untuk mewujudkan kalimat yang efektif, kalimat harus mengandung beberapa unsur, antara lain: kesatuan gagasan dan kesepadanan struktur, kepaduan (koherensi) yang kompak, adanya penekanan, kesejajaran (keparalelan) bentuk, kehematan kata, kelogisan, dan kevariasian. Hal itu sependapat dengan Keraf (2004: 40) yang menyatakan bahwa kalimat efektif harus mengandung syarat kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme, dan penalaran. Sementara itu, Akhadiah (1991:116) mengatakan bahwa ciri kalimat efektif adalah (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk (paralelisme), (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergunakan kata, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat.
1.       Kesatuan Gagasan dan Kesepadanan Struktrur
Setiap kalimat yang baik harus secara jelas memperlihatkan kesatuan gagasan dan mengandung satu pokok permasalahan. Apabila dalam suatu kalimat terdapat dua pokok masalah atau lebih, maka kalimat tersebut harus dipecah menjadi dua kalimat atau lebih supaya menjadi kalimat yang efektif. Sebuah kesatuan gagasan secara praktis diwakili oleh subjek, predikat, dan bisa juga ditambah objek. Kesatuan tersebut dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Contoh:
Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga, sebagai tindak lanjut perda tentang penghijauan.
Pembahasan:
Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat dua pokok masalah. Supaya efektif, kalimat tersebut harus dipecah menjadi dua kalimat sebagai berikut.
a.    Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga.
b.    Penanaman pohon akasia sebagai tindak lanjut perda tentang penghijauan.
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Untuk mewujudkan kesepadanan struktur, maka kalimat harus memenuhi syarat sebagai berikut.
a.    Kalimat Harus Memiliki Subjek dan Predikat yang Jelas
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), hal, atau masalah yang menjadi pangkal pembicaraan. Subjek diisi oleh jenis kata benda, frasa verbal, dan klausa. Untuk mengenali subjek dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan memakai kata tanya siapa (yang)…, apa (yang)… kepada predikat, apabila jawaban logis maka yakinlah itu subjek.
Predikat adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh subjek, sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek. Predikat berupa kata, frasa, sebagian besar berkelas verba/adjektiva, tetapi juga nomina atau frasa nominal.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:    
1)   Bagi semua mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.
2)   Belajar itu untuk memperoleh ilmu.
Pembahasan:
Kalimat pertama tidak efektif karena adanya kata bagi yang menyebabkan ketidakjelasan subjek. Oleh karena itu, kata bagi seharusnya dihilangkan sehingga bentuk efektifnya adalah Semua mahasiswa yang memakai kaos oblong dilarang mengikuti perkuliahan.
Kalimat kedua tidak efektif karena predikatnya tidak ada. Supaya efektif harus diubah sebagai berikut Belajar itu bertujuan untuk memperoleh ilmu.
b.    Kalimat Tidak Mengandung Subjek Ganda
Subjek yang ganda dalam kalimat menimbulkan penafsiran yang salah bagi pembaca.
Contoh:
Pertanyaan itu saya kurang jelas.
Pembahasan:
Kalimat tersebut mempunyai subjek ganda, yaitu pertanyaan itu dan saya. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara menambah kata bagi diantara pertanyaan itu  dan saya sehingga kalimat yang efektif sebagai berikut.
1) Pertanyaan itu bagi saya kurang jelas.
2) Saya kurang jelas akan pertanyaan itu.
c.    Kalimat Penghubung Intrakalimat Tidak Dipakai pada Kalimat Tunggal
Contoh :
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara itu.
Pembahasan:
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan mengubahnya menjadi kalimat majemuk atau mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat. Kalimat efektif dari pernyataan tersebut sebagai berikut.
1) Kami datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara itu.
2) Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara itu.
3) Karena datang agak terlambat, kami tidak dapat mengikuti acara itu.
4) Kami tidak dapat mengikuti acara itu karena datang agak terlambat.
2.       Kepaduan (Koherensi) yang Baik dan Kompak
Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Akan tetapi, kalimat dapat dirusak oleh berbagai hal berikut.
a.    Penempatan Kata dalam Kalimat yang Tidak Sesuai dengan Pola Kalimat
Contoh:
Permasalahan itu perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak sehingga pada masa yang akan datang tidak ada yang merasa dirugikan.
Pembahasan:
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang baik, namun akan menjadi buruk jika susunannya diubah seperti pada contoh berikut.
Berbagai pihak pada masa mendatang tidak merasa dirugikan dari permasalahan itu sehingga perlu mendapat perhatian.
b.    Kesalahan Penggunaan Kata Depan, Kata Hubung, dan Sebagainya
Contoh:
Sejak lahir manusia memiliki jiwa melawan kepada kekejaman alam.
Pembahasan:
Kata kepada seharusnya dihilangkan seperti pada kalimat berikut.
Sejak lahir manusia memiliki jiwa melawan kekejaman alam.
c.    Pemakaian Kata yang Kontradiksi
Pemakaian kata-kata yang mengandung kontradiksi dapat merusak keefektifan kalimat.
Contoh:
Percaya tidak percaya data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran membaca adalah rendah.
Pembahasan:
Adanya kata percaya tidak percaya menyebabkan kalimat tersebut memiliki makna yang kontradiksi. Oleh karena itu, kata percaya tidak percaya harus dihilangkan. Kalimat efeketifnya adalah Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran membaca adalah rendah.
d.   Kesalahan Menempatkan Keterangan Aspek (sudah, telah, akan, belum) pada Kata Kerja Tanggap
Contoh:
Data itu saya sudah kerjakan sampai selesai.
Pembahasan:
Kalimat tersebut tidak efektif karena saya kerjakan sebagai bentuk tanggap tidak bisa disisipi keterangan apapun. Jadi, kalimat yang efektif adalah Data itu sudah saya kerjakan sampai selesai.

3.    Penekanan
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Penekanan dilakukan untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan hal yang dirasa penting. Penulis dapat melakukan berbagai cara untuk memberikan  penekanan pada kalimat efektif. Adapun cara tersebut diantaranya sebagai berikut.
a.    Mengubah Posisi Kalimat
Sebuah kalimat dapat diubah-ubah strukturnya untuk mencapai efek yang dipentingkan. Untuk mencapai efek yang dipentingkan, maka penulis dapat menempatkan sebuah kata yang penting tersebut berada pada awal kalimat.
Contoh:
Mahasiswa menjawab pertanyaan dosen penguji.
Pembahasan:
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah menjadi kalimat pasif, yaitu Pertanyaan dosen penguji dijawab mahasiswa.
b.    Menggunakan Pengulangan Kata (Repetisi)
Pengulangan kata (repetisi) dalam kalimat kadang diperlukan untuk memberikan penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh:
Pembangunan merupakan proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, bukan hanya dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi  politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.
Pembahasan:
Berdasarkan kalimat di atas dapat dilihat bahwa kata dimensi merupakan kata yang diulang berturut-turut. Oleh karena itu, kata dimensi merupakan kata yang akan ditekankan (dianggap penting) oleh penulis.
c.    Menggunakan Pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekankan suatu gagasan.
Contoh:
Anak itu rajin.
Pembahasan:
Kalimat tersebut dapat lebih ditonjolkan bila ditempatkan dalam suatu posisi pertentangan, misalnya Anak itu rajin, bukan malas.
d.   Menggunakan Partikel Penekanan
Bahasa Indonesia memiliki beberapa partikel yang berfungsi menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partike-partikel yang dimaksud adalah: lah, pun, kahyang dalam tata bahasa disebut imbuhan.
Contoh:
1)    Kami pun ikut dalam kegiatan itu.
2)    Bapaklah yang memberikan sambutan itu.

4.    Kesejajaran (Paralelisme)
Kalimat efektif juga harus mengandung kesejajaran (paralelisme) antara gagasan yang diungkapkan dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapnya.  Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan keserasian. Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis sehingga mudah dipahami. Jenis pembentukan paralelisme sebagai berikut.

a.    Kesejajaran Bentuk
Bentuk kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu tidak serasi.
Contoh:
1)   Buku itu telah lama dicari, tetapi Dodi belum menemukannya.
2)   Peneliti sudah mengambil data, mencatatnya, kemudian dianalisis, dan dibahas.
Pembahasan:
Kalimat di atas tidak sejajar karena menggunakan bentuk kata kerja pasif (dicari) yang dikontraskan dengan bentuk aktif (menemukan). Agar sejajar, kedua bagian kalimat tersebut harus menggunakan bentuk pasif semuanya atau bentuk aktif semuanya. Kalimat yang efektif dari kalimat tersebut sebagai berikut.
1a) Buku itu telah dicari oleh Dodi, tetapi belum ditemukannya.
1b) Dodi telah lama mencari buku itu, tetapi belum menemukannya.
2a) Peneliti sudah mengambil data, kemudian mencatatnya, menganalisis, dan membahasnya.
2b) Data sudah diambil peneliti, kemudian dicatatnya, dianalisis, dan dibahasnya.
b.    Kesejajaran Makna
Unsur lain yang harus diperhatikan dalam pemakaian suatu bahasa adalah segi penalaran atau logika. Kesejajaran makna ini berkaitan erat dengan penalaran. Penalaran dalam sebuah kalimat merupakan masalah yang mendasari penataan gagasan. Penalaran sangat berhubungan dengan jalan pikiran. Jalan pikiran penulis turut menentukan baik tidaknya kalimat yang dibuat, mudah tidaknya kalimat dipahami sesuai pemikiran penulis.
Contoh:
Masyarakat mengecam keras atas terjadinya pembunuhan 21 warga Palestina yang tewas dan 200 lainnya yang luka-luka.


Pembahasan:
Kalimat tersebut bukan termasuk kalimat efektif, karena untuk memahaminya, pembaca dituntut berpikir keras. Jika kita cermati akan terdapat kejanggalan karena tidak mungkin pembunuhan dilakukan terhadap orang yang sudah tewas. Oleh karena itu, seharusnya kalimat tersebut adalah Masyarakat mengecam keras atas terjadinya peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Palestina tewas dan 200 lainnya luka-luka.
c.    Kesejajaran Bentuk dan Maknanya
Beberapa gagasan yang bertumpuk dalam satu pernyataan dapat mengaburkan kejelasan informasi yang diungkapkan.
Contoh:
Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga, sebagai tindak lanjut Perda tentang penghijauan.
Kalimat tersebut tidak efektif karena terlalu sarat dengan informasi.
Agar efektif, kalimat tersebut harus dikembalikan pada gagasan semula, yang terungkap dalam beberapa kalimat berikut.
1)   Penanaman pohon akasia sebagai upaya penghijauan telah dilaksanakan warga.
2)   Penanaman ini melibatkan berbagai elemen masyarakat dari tingkat RT sampai tingkat kalurahan.
3)   Hal ini merupakan tindak lanjut perda tentang penghijauan.

5.    Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti menghilangkan kata, frase yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat. Untuk mewujudkan kehematan dalam menyusun kalimat efektif ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.


a.    Penghematan dapat Dilakukan dengan Cara Menghilangkan Pengulangan Subjek
Contoh:
Karena Ali terlambatdia tidak dapat mengikuti perkuliahan.
Pembahasan:
Kalimat tersebut memiliki dua subjek, yaitu Ali dan dia. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki sebagai berikut
Karena terlambat, Ali tidak dapat mengikuti perkuliahan.
b.    Penghematan dapat Dilakukan dengan Cara Menghindarkan Pemakaian Superordinat pada Hiponimi Kata
Contoh:
1)   Ia memakai baju warna merah.
2)   Di mana kamu menangkap burung pipit itu?
Pembahasan:
1a) Kata merah sudah mencakupi kata warna.
2a) Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diubah sebagai berikut.
1b) Ia memakai baju merah.
2b) Di mana engkau menangkap pipit itu?
c.    Penghematan dapat Dilakukan dengan Cara Menghindarkan Kesinoniman dalam Satu Kalimat
Contoh:
1)   Silakan naik ke atas ruangan itu!
2)   Baru saja pejabat itu turun ke bawah melalui tangga ini.
Pembahasan:
1a) Kata naik bersinonim dengan ke atas.
2a) Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.
1b) Silakan naik ke ruangan itu!
2b) Baru saja pejabat itu turun melalui tangga ini.
d.   Penghematan dapat Dilakukan dengan Cara Tidak Menjamakkan Kata-kata yang Berbentuk Jamak
Contoh:
Bentuk Tidak Baku                                    Bentuk Baku
para tamu-tamu                                          para tamu/tamu-tamu
beberapa orang-orang                                 beberapa orang /orang-orang

6.       Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal pikiran manusia dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
1)   Kepada Bapak Camat waktu dan tempat kami persilakan.
2)   Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
Pembahasan:                                                                                          
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Adapun kalimat yang logis sebagai berikut.
1a) Kepada Bapak Suharyanto, kami persilakan.
2a) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.

7.       Kevariasian
Seorang penulis harus berusaha menghindarkan pembaca dari keletihan yang pada akhirnya akan menimbulkan kebosanan. Penulis harus berusaha agar pembaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Sebuah bacaan atau tulisan yang baik merupakan suatu komposisi yang dapat memikat dan mengikat pembacanya untuk terus membaca sampai selesai. Agar dapat membuat pembaca terpikat tidaklah dapat dilakukan begitu saja. Ada cara yang dapat dilakukan oleh penulis untuk memikat hati pembaca, yaitu variasi.
Variasi adalah penganekaragaman bentuk-bentuk bahasa agar terpelihara minat dan perhatiannya kepada bacaan (Keraf, 2004:49). Dalam hal ini, variasi bertentangan dengan repetisi. Variasi dapat dicapai dengan menggunakan bentuk inversi, bentuk pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek. Macam-macam variasi yang menunjang keefektifan kalimat sebagai berikut.
a.       Variasi Sinonimi Kata
Variasi berupa sinonimi kata atau penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak merubah isi dari pesan yang akan disampaikan.
Contoh:
Dari renungan itu penyair menemukan suatu makna, suatu realitas baru, suatu kebenaran yang menjiwai seluruh puisi (Keraf, 2004:50).
b.      Variasi Panjang Pendek Kalimat
Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat mencerminkan kejelasan pikiran pengarang. Pilihan yang tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat memberi tekanan pada bagian-bagian yang diinginkan. Variasi panjang pendek kalimat ini dapat langsung dilihat contohnya dalam suatu paragraf. Paragraf yang variatif dalam mempergunakan panjang pendeknya kalimat adalah paragraf yang tidak menjemukan apabila dibaca.
Contoh:
Korupsi merupakan salah satu problem bangsa Indonesia. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh para pejabat negara. Masyarakat lapisan bawah pun ikut melakukan korupsi. Mereka melakukannya karena pemimpin tidak dapat memberikan contoh yang baik. Akibatnya, korupsi menjadi penyakit yang terus menular di Indonesia dan sulit untuk disembuhkan.
Pembahasan:
Pada kalimat pertama terdiri dari tujuh kata. Kalimat ke-2 terdiri dari sembilan kata. Kalimat ke-3 terdiri dari tujuh kata. Kalimat ke-4 terdiri dari sepuluh kata. Kalimat ke-5 terdiri dari dua belas kata.
c.       Variasi Penggunaan Bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk prefik yang sama dalam beberapa kalimat dapat menimbulkan kelesuan. Untuk itu, perlu dicari variasi pemakaian prefiks me- dan di-.

Contoh:
Banjir adalah peristiwa yang sering menimpa Jakarta. Setiap musim hujan, ruas jalan protokol dan pemukiman warga senantiasa digenangi air. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi banjir. Salah satunya dengan mengeruk sungai-sungai supaya tidak terjadi pendangkalan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada tanda-tanda kota ini bebas dari banjir.
d.      Variasi dengan Mengubah Posisi dalam Kalimat
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat sebenarnya mempunyai sangkut paut dengan penekanan dalam kalimat.

LATIHAN
Carilah artikel yang ada di surat kabar, kemudian analisislah kalimat-kalimat yang tidak efektif untuk diubah menjadi kalimat yang efektif!

DAFTAR PUSTAKA
Alkadiah, Sabakti, dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah

Pusat Bahasa.2008. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


 
Diberdayakan oleh Blogger.