1. Keterampilan Atending
Keterampilan atending merupakan usaha
pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar
ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal
akan menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan.
Penciptaan dan pengembangan atending
dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan
mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasa klien.
Aspek-aspek keterampilan atending
adalah:
a.
Posisi badan(termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Ø Duduk
dengan badan menghadap klien
Ø Tangan
kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang
dikomunikasikan secara verbal.
Ø Merespon
dengan ekspresi wajah, seperti senyum spontan atau anggukan kepala sebagai
tanda setuju.
Ø Badan
tegak lurus tetapi tidak kaku atau kalau perlu bisa dicondongkan ke arah klien
untuk menunjukkan kebersamaan.
b. Kontak
mata
Ø Melihat
klien terutama pada waktu bicara.
Ø Menggunakan
pandangan spontan yang menunjukkan minat atau keinginan untuk merespon.
c.
Mendengarkan
Ø Memelihara
perhatian penuh yang terpusat pada klien.
Ø Mendengarkan
apapun yang dikatakan klien.
Ø Mendengarkan
keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya)
Ø Memahami
keseluruhan pesannya.
2. Keterampilan
Mengundang Pembicaraan Terbuka
Keterampilan ini digunakan ketika
konselor melakukan wawancara dengan klien. Ajakan terbuka untuk berbicara
memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan
pewawancara.
Pertanyaan terbuka membuka peluang
klien untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya tanpa harus menyesuaikan
dengan setiap kategori yang telah ditentukan oleh pewawancara.
Contoh-contoh pertanyaan yang disarankan adalah:
Contoh-contoh pertanyaan yang disarankan adalah:
a)
Membantu memulai wawancara
Ø “Apa
yang akan Anda bicarakan hari ini?”
b)
Membantu menguraikan masalah
Ø ”Cobalah
Anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu!”
Ø ”Bagaimana
perasaan Anda pada saat kejadian itu?”
c)
Membantu memunculkan contoh-contoh
perilaku khusus sehingga pewawancara dapat memahami dengan lebih baik apa yang
dijelaskan oleh klien.
Ø ”Apa
yang Anda rasakan pada saat Anda menceritakan hal ini kepada saya?”
Ø ”Bagaimana
perasaan Anda selanjutnya pada saat itu?”
3. Keterampilan
Paraprase
Paraprase adalah suatu keterampilan
dasar dalam konseling yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antar pribadi.
Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata atau
pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor sendiri.
Maksud dari kegiatan paraprase adalah:
1)
Menyampaikan kepada klien bahwa
konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami
apa yang dinyatakan klien.
2)
Mengkristalisasi komentar klien dengan
lebih singkat sehingga membantu mengarahkan wawancara.
3)
Memberi peluang untuk memeriksa
kecermatan persepsi konselor. Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk
membaca apa yang terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh
klarifikasi tambahan yang cermat.
Cara memparaprase adalah sebagai
berikut:
a)
Dengarkan pesan utama klien.
b)
Nyatakan kembali kepada klien ringkasan
pesan utamanya secara sederhana dan singkat.
c)
Amati pertanda atau meminta respon dari
klien tentang kecermatan paraprase.
Berikut paraprase yang tidak disarankan:
Analisis, interpretasi, atau
pertimbangan nilai tentang pesan klien yang dimaukkan dalam respon konselor.
Respon konselor hanya tertuju kepada
bagian kecil dari pesan klien, bukan tema utamanya.
Pemakaian kata-kata paraprase atau
prase yang tidak tepat dalam wawancara (kata-kata teknis, istilah psikologi
yang berlebihan)
4. Keterampilan
Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan
keterampilan konselor untuk merespon keadaan perasaan klien terhadap situasi
yang sedang dihadapi. Kemampuan ini akan mendorong dan merangsang klien untuk
mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapinya.
Merefleksi perasaan klien merupakan
suatu teknik yang ampuh, karena melalui tindakan keterampilan tersebut akan
terwujud suasana keakraban dan sekaligus pemberian empati dari konselor kepada
klien. Esensi dari keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien
agar dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang
dialami.
Aspek-aspek keterampilan refleksi perasaan
adalah:
a)
Mengamati perilaku klien
Pengamatan ini terutama ditujukan pada
postur tubuh dan ekspresi wajah klien.
b)
Mendengarkan dengan baik
Penekanannya pada usaha mendengarkan
dengan cermat intonasi suara klien dan kata-kata yang diucapkan.
c)
Menghayati pesan yang dikomunikasikan
klien.
Tindakan ini dimaksudkan untuk memahami
dan menangkap isi pembicaraan klien.
d)
Mengenali perasaan-perasaan yang
dikomunikasikan klien.
e)
Menyimpulkan perasaan yang sedang
dialami klien.
f)
Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan
perasaan klien.
g)
Mengecek kembali perasaan klien.
Untuk meyakinkan apakah respon yang
diberikan konselor tepat atau tidak, konselor hendaknya melakukan pengecekan
kembali dengan cara mengamati jawaban dan ekspresi klien setelah respons itu
disampaikan.
5. Keterampilan
Konfrontasi
Konfrontasi dalam wawancara konseling
dimaknai sebagai pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari
klien. Konfrontasi yang efektif tidak menyerang klien, tetapi merupakan
tanggapan khusus dan terbatas tentang perilaku klien yang tidak konsisten.
Penggunaan keterampilan ini
mensyaratkan beberapa tingkat kepercayaan dalam hubungan konseling yang telah
dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan lain. Nada suara, cara
mengintroduksi konfrontasi, sikap badan dan ekspresi wajah, serta tanda-tanda
non verbal lainnya merupakan faktor-faktor utama dalam menerapkan keterampilan
inil
Adapun keterampilan-keterampilan
konselor sebagai berikut :
1.
Keterampilan Interpersonal
Konselor
yang efektif mampu mendemonstrasikan perilaku mendengar, berkomunikasi, empati,
kehadiran hati dan sensitivitas terhadap suara. Ini semua berpangkal pada
mendengar dalam arti mendengar dengan hati.
Hobson
(1985) menyatakan bahwa ikatan antara konselor dan klien tumbuh dari penciptaan”bahasa
perasaan” bersama yaitu cara berbicara bersama yang mengeluarkan
ekspresi klien.
2.
Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri dua
yakni keterampilan komunikasi non verbal dan keterampilan komunikasi verbal.
Gibson dan Mitchell membagi komunikasi
non verbal atas keterampilan yakni:
1)
Pergerakan anggota tubuh
2)
Nada suara
3)
Gaya berbicara
4)
Posisi ruangan konseling
3.
Keterampilan Diagnostic
Keterampilan
ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan memahami klien,
memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang relevan.
4.
Keterampilan Memotivasi
Tujuan
konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap klien. Untuk
memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai keterampila memotivasi
klien.
5.
Keterampilan Manajemen
Keterampilan
manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan dan pengaturan fisik